“Awal retakannya sedikit, karena setiap malam gerakan tanah itu ada lagi sehingga membuat rumah mengalami retakan cukup parah,” katanya.
Susilawati dan keluarganya mengaku, tidak bisa tidur nyaman akibat adanya getaran seperti gempa yang terjadi pada malam hari. Saat ini kondisi rumah semi permanen miliknya tersebut nyaris roboh karena pondasinya amblas.
“Takut, jika masih menempati rumah yang hampir roboh, makanya saya memilih mengungsi di posko pengungsian,” ujarnya.
Sama halnya dialami Rasidi, rumahnya mengalami kerusakan pada bagian tembok dan lantai. Tembok rumahnya retak-retak dan lantai rumah juga ambles ke dalam.
“Tiap malam jaga terus, antisipasi rumahnya roboh. Keluarga sudah diungsikan. Jadi hanya saya yang bermalam sambil berjaga,” ucapnya.
Kepala Desa Curugpanjang, Yadi, Kamis (24/2) kepada BANPOS membenarkan peristiwa pergerakan tanah yang terjadi dan menimpa warganya di Kampung Cihuni. Yadi menyebut sedikitnya terdapat 38 rumah milik warganya mengalami kerusakan. Ia juga mengapresiasi langkah cepat Pemerintah Kabupaten Lebak melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
“Iya benar, sedikitnya ada 38 rumah yang mengalami kerusakan akibat pergerakan tanah. Sekarang ini warga ada yang mengungsi ke rumah saudaranya dan ke posko,” katanya. (CR-01/PBN)
Discussion about this post