Disebutkan bahwa Joko memiliki ciri-ciri bertubuh besar dan berisi, hampir seluruh badan ditato hingga kedua tangannya. Kemudian berambut gondrong sebahu, dengan warna kulit sawo matang.
Korban lainnya, Udin, mengungkapkan bahwa dirinya selalu dipaksa untuk memperbaiki handphone oleh Joko. Sehingga di suatu hari, ia menggelontorkan Rp200.000 untuk biaya jasa servis.
“Kalau untuk handphone saya nggak sampai kena (dibawa Joko), tapi uang sempat minta dia, diminta sebesar Rp200.000 katanya untuk beli sparepart handphone,” ungkapnya.
Senada disampaikan oleh Aldo, warga setempat yang kerap berinteraksi dengan Joko. Ia mengaku sudah menganggap seperti kakak, karena seringkali memberikan petuah perihal agama.
“Saya sendiri tadinya nggak ada pikiran negatif, bahkan sudah seperti kakak sendiri. Manggilnya juga Pa’e, karena memang sering karaoke bareng,” tuturnya.
Pria bertato ini juga mengaku dirinya merasa memiliki teman yang juga bertato, dalam hal ini Joko. Sehingga ia sama sekali tidak memandang negatif kepadanya.
“Awalnya memang dia baik banget, bahkan sering ngopi bareng. Tapi dia selalu maksa saya untuk memperbaiki handphone, padahal saya sudah bilang kalau handphone saya yang rusak itu lupa ditaruh dimana,” katanya.
Kendati seringkali dipaksa oleh Joko untuk memperbaiki handphone miliknya, ia mengaku bahwa handphone tersebut sepertinya lupa menaruh di lemari. Saat Joko menawarkan diri untuk mencari handphone yang disebut berada di lemari dan harus dibongkar terlebih dahulu, ia pun merasa heran.
“Saya kok merasa aneh, dan saya langsung saja bilang kalau handphone tertinggal di Tangerang. Saya juga akhirnya menaruh curiga, kok sampai begitu memaksa,” ucapnya.
Ia pribadi telah mendengar informasi ada residivis spesialis pencurian handphone, saat dirinya mengikuti rapat RT bersama RT lainnya di luar komplek PWI. RT tersebut mengimbau kepada warga yang ikut rapat saat itu, agar berhati-hati karena di sekitar lingkungan tersebut ada residivis yang sedang dipantau.
“Haru Rabu pekan lalu, ada imbauan bahwa di sekitar sini ada residivis, spesialis nyuri handphone. Tidak berselang lama, kebetulan Joko menghilang dan disusul dengan ada motor hilang juga, tepat di sebelah rumah dia tinggal,” ungkapnya.
Discussion about this post