SERANG, BANPOS – Sinema Rakyat (Sinar) dan Laboratorium Banten Girang, kembali mengajngkat isu Pulau Sangiang melalui film dokumenter. Mulai diproduksi, film dokumenter panjang itu diberi judul ‘Babi-babi di Tanah Surga’.
Film yang diproduseri oleh Carya Maharja dan disutradarai oleh Abdul Malik Mohammad ini bercerita tentang perjuangan warga Pulau Sangiang, yang menuntut hak dikembalikannya tanah ulayat mereka yang diklaim sepihak pengelolaannya oleh PT Kalimaya Putih.
Konflik perampasan tanah ulayat antara ratusan masyarat adat Pulau Sangiang dengan PT Kalimaya Putih, menarik sekelompok Seniman Film yang bersuara melalui Sinar bersama AGRA dan Laboratorium Banten Girang, ikut menggambarkan situasi yang sebenarnya terjadi disana melalui film dokumenter tersebut.
“Sengketa tanah ini semakin meruncing ketika warga mulai kehilangan mata pencaharian utama mereka sebagi petani akibat dirusak hama babi,” ujar Sutradara film dokumenter ‘Babi-babi di Tanah Surga’, Abdul Malik Muhammad, kemarin.
Lelaki yang akrab disapa Malik ini menjelaskan bagaimana proses produksi film dokumenter tentang Pulau Sangiang, yang masih terus berlanjut. Meski dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh Tim Sinar, namun pembuatan film itu diupayakan masih berjalan.
“Kelak film ini akan rilis bulan Agustus 2022 dan akan diikutsertakan dalam beberapa festival film, baik dalam negeri maupun luar negeri, kami berharap masyarakat ikut mendukung,” tandasnya. (MUF)
Discussion about this post