Menurut Jibay, banyak kasus Match fixing yang terjadi di luaran yang mengakibatkan pelaku dan yang terlibat atau tidak terlibat secara langsung, mendapatkan hukuman seumur hidup tidak dapat beraktivitas dalam sepakbola.
“Semoga ini jadi pelajaran bagi kita semua agar ke depan tidak lagi terjadi hal-hal yang merusak integritas sepakbola. Sehingga klub, federasi, operator liga hingga seluruh pemain fokus pada peningkatan kualitas kompetisi,” kata Jibay.
Jibay mencontohkan, runtuhnya imej persepakbolaan Italia ketika didera isu calciopoli pada 2006 silam. Masa itu adalah salah satu periode terburuk yang dialami persepakbolaan negeri PPizza ketika sejumlah klub seperti Juventus, Lazio, Fiorentia dan AC Milan terbukti melakukan tindakan pengaturan pertandingan.
“Kita sedang membangun sepakbola kita, jangan malah dirusak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab,” kata Jibay.
Diberitakan sebelumnya, Perserang resmi melaporkan dugaan praktik mafia sepakbola dalam pertandingan Liga 2 yang dilakukan sejumlah pihak dan melibatkan pemainnya, Kamis (28/10). Laporan disampaikan kepada PSSI setelah sebelumnya manajemen Perserang memberhentikan dengan tidak hormat lima pemain dan seorang pelatih.
Manajer Perserang, Babay Karnawi dalam keterangan tertulisnya mengatakan, berdasar sejumlah informasi, pengakuan dan barang bukti yang dimilikinya, manajemen Perserang melaporkan inidikasi pengaturan skor yang ditemukan kepada PSSI sesuai dengan yurisdiksi sepakbola.
Babay melanjutkan, Perserang melaporkan kondisi yang terjadi di Perserang dalam rangka meminta Badan Yudisial PSSI menindak secara tegas seluruh pihak-pihak yang terlibat dalam upaya pengaturan skor ini.
“Sebagai anggota, kami melaporkan agar PSSI melindungi klub, pemain, pelatih dan ofisial Liga 2 dari praktik seperti ini dengan memperketat pengawasan dalam jurisdiksi sepakbola di Liga 2,” kata Jibay.(ENK)
Discussion about this post