Tantangan yang dihadapi oleh bangsa menurut alumni Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang ini, tak hanya soal tidak meratanya pendidikan dan kesejahteraan namun juga sisi negatif dari kemajuan teknologi informasi.
Dikatakannya, dulu penyebaran informasi lewat media yang sifatnya cetakan, seperti koran dan majalah. Saat ini penyebaran informasi lewat media digital atau elektronik sehingga penyebarannya menjadi lebih cepat.
“Apa yang terjadi di Jakarta saat ini bisa langsung diketahui di Bali,” sebutnya.
Nah, sisi negatif dari kemajuan teknologi yang disebarkan lewat media sosial adalah adanya orang-orang yang tidak bertanggungjawab yang menyebar berita hoax atau berita bohong.
Agar berita hoax tidak massif, MPR mengajak mahasiswa Universitas Mahendradatta untuk menjadi sahabat kebangsaan untuk menangkal berita bohong atau hoax itu.
“Kalau kita diam terhadap hoax maka berita bohong itu seolah-olah menjadi berita yang benar,” ungkapnya.
Dengan mengajak mahasiswa menjadi sahabat kebangsaan, maka ruang-ruang yang ada di media sosial akan diisi dengan sesuatu yang optimistis dan positif.
I Made Mulyawan Subawa, Dosen Fakultas Hukum Universitas Mahendradatta yang juga menjadi pembicara diskusi mengatakan, sejak tahun 1908, pemuda, mahasiswa, merupakan ujung tombak pergerakan.
Disebutkannya, pergerakan yang dilakukan oleh pemuda yang mampu membawa motor perubahan terjadi pada gerakan tahun 1908, 1928, 1945, 1966, dan 1998. Tantangan yang dihadapi oleh pemuda saat ini menurut Made ada tiga, yakni korupsi, ancaman perpecahan bangsa, dan berita hoax.[TIF/PBN/RMID]
Discussion about this post