Terpisah, pendamping suku adat Baduy, Uday Suhada kepada BANPOS menerangkan, api dengan cepat merembet dari satu rumah ke lainnya lantaran jaraknya berdekatan, juga seluruh bagian rumah suku Baduy terbuat dari bambu dan kayu.
“Informasi yang saya terima, sampai saat ini tidak ada korban jiwa, namun rumah yang tersisa hanya enam unit. Adapun info dari Carik, Baduy rumah yang ludes terbakar itu 24 unit. Dan api sulit dipadamkan karena sumber air di lokasi itu terbatas,” ungkap Uday via Whatsapp.
Lanjut Uday, kebakaran di Baduy ini bukan kali pertama terjadi. Terhitung sejak tahun 1994, sedikitnya sudah enam kali terjadi kebakaran di beberapa kampung yang berbeda di kawasan Baduy
Beberapa Kampung itu seperti Kaduketug, Keter, Kadujangkung, Cikeusik, Cicakal Hilir dan terakhir ini di Kampung Cepakhuni. Kata dia, adapun penyebab kebakaran biasanya dipicu oleh tungku api atau lampu tempel yang disimpan di dinding.
“Karena di Baduy itu tidak ada tungku api di tanah, tapi di atas bale-bale bambu di bagian dapur. Sehingga api mudah membakar,” paparnya.(WDO/ENK)
Caption : Tampak dampak peristiwa kebakaran dan puing-puing 16 rumah yang dihuni 24 keluarga warga Baduy, tepatnya di Kampung Cepakhuni RT 002/RW 012 Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar. Rabu (13/10).