Ia mencontohkan penggunaan kendaraan dinas untuk kepentingan pribadi. Menurutnya, hal itu merupakan salah satu tindakan nepotisme, meskipun terlihat sepele dan jarang ditindak oleh aparat pengawas.
“Terlihatnya sepele, namun justru hal itu yang menjadi cikal bakal korupsi yang lebih besar. Karena pikirannya, yang penting tidak ketahuan,” tuturnya.
Contoh lainnya, Lia menuturkan bahwa penggunaan alat-alat kantor lalu dibawa ke rumah dan digunakan seolah-olah milik pribadi. Seperti halnya dengan penggunaan kendaraan dinas, itu pun merupakan cikal bakal korupsi.
“Hal ini kan tidak benar, namun karena tidak ditindak secara tegas, menjadi sebuah budaya yang terbangun dalam diri ASN dan pejabat di Pemprov Banten,” ungkapnya.
Lemahnya etos kerja juga dinilai sebagai pintu masuknya korupsi. Dengan lemahnya etos kerja, membuat ASN maupun masyarakat yang membutuhkan pelayanan dari Pemprov Banten, akhirnya melakukan tindakan kolusi.
“Misalkan, seharusnya suatu urusan itu lebih cepat dan mudah diselesaikan, tapi dibuat lama. Akhirnya muncul keinginan dari si pemilik urusan untuk memberikan ‘pelicin’ agar urusannya cepat selesai. Akhirnya malah berkelanjutan hingga menjadi korupsi,” tegasnya.(DZH/ENK)
Discussion about this post