SERANG,BANPOS,- Peringatan 10 Muharam 1443 Hijriyah atau biasa disebut Lebaran Anak Yatim dirayakan semua umat Islam setiap tahunnya.
Berbagai acara dikemas untuk memperingatinya. Mulai dari Do’a bersama, pembacaab solawat, membuat “Bubur Suro” dan pemberian santunan kepada anak yatim.
Pondok Pesantren Mabda’il Falah bersama jama’ah majelisnya yang berlokasi di Kampung Curug barang, Desa Mancak, Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang, siang ini (20/8) melaksanakan berbagai acara Muharaman tersebut.
Turut ambil bagian dalam acara Muharaman Lebaran Anak Yatim ini Kajati Banten, Reda Mathovani dan PAC GP Ansor Kecamatan Mancak, Serang Banten.
Reda turut ambil bagian dengan memberikan donasi dalam acara peringatan 10 Muharam dan Santunan Anak Yatim di Ponpes Mabda’il Falah, Kecamatan Mancak.
Reda yang juga mantan Kajari Cilegon dan Kepala Biro Perencanaan Kejaksaan Agung ini nampak sangat antusias dengan berbagai acara kegiatan sosial keagamaan, walaupun disayangkan, Reda urung hadir karena ada agenda kerja ke Jakarta, akan tetapi tetap berkontribusi dengan berdonasi bagi anak yatim.
Pimpinan Ponpes Mabda’il Falah, Ustad Saefudin mengatakan peringatan Muharaman digelar dengan sederhana bersama ibu-ibu majelis taklim dan anak Yatim se Kecamatan Mancak.
“Alhamdulillah acara peringatan 10 Muharam bisa dilaksanakan meski secara sederhana, tapi memiliki makna luas baik itu dari ibadah dan sosial keagamaan,” ujar ustad Saefudin kepada bantenpos.co usai acara.
Ia yang juga keluarga dzuriah ke-11 Sultan Maulana Hasanuddin Banten, mengucapkan terimakasih kepada ibu- ibu majelis dan semua pihak yang telah membantu terselenggaranya acara mulia ini.
“Maring ibu- ibu majelis (kepada ibu-ibu majelis) dan Pak Jaksa (Reda Mathovani, red) kami ucapkan terimakasih atas partisipasinya pada acara yang sangat mulia ini. Semoga barokah umur, barokah dalam bekerja dan selamat dunia akhirat,” ucap ustad Saefudin.
Ia sedikit mengupas makna dari bulan Muharam, khususnya di tanggal 10 Muharam yang memiliki catatan sejarah istimewa bagi umat Islam yakni diantaranya kisah Nabi Nuh AS bersama pengikutnya yang selamat dari hantaman banjir besar yang mengawali tradisi lahirnya pembuatan “Bubur Suro”.
Discussion about this post