Sementara, informasi data yang disebut Uday, ada sebanyak 9.000 nomor ponsel terregister dengan nama masyarakat Baduy luar. Yang 6.000 nomor diantaranya dalam kondisi aktif. Sedangkan total penduduk masyarakat Baduy saat ini sekitar 14.600 warga.
Dengan banyaknya penggunaan telpon android untuk medsos di kalangan masyarakat adat Baduy, aktivis pegiat sosial di Banten ini pun mengkhawatirkan dampak sosial yang makin serius, yakni bisa berdampak terputusnya budaya leluhur Baduy pada generasi mudanya.
“Kemudahan mengakses media sosial dan internet, menjadikan sebagian anak muda Baduy pada doyan membuka situs yang tidak baik. Akhirnya memicu persoalan sosial lain seperti kasus pelecehan, perkosaan yang pernah menimpa gadis Baduy beberapa waktu lalu, bahkan hingga pembunuhan. Belum lagi banyak pengguna medsos yang menonjolkan kecantikan perempuan Baduy. Saya berpesan kepada konten kreator, jangan mengeksploitasi kecantikan perempuan Baduy dalam medsos,” tegas Uday.
Sebab, kata dia, tugas hidup orang Kanekes paling utama yakni bertapa atau Ngamandala, hidup di sebuah Mandala. “Artinya hidup sederhana berdampingan dengan alam. Sedangkan tugas masyarakat Baduy luar adalah menjaga para pertapa itu,” papar Uday, menyudahi obrolan dengan BANPOS.(WDO/PBN)
Discussion about this post