“Lurahnya itu ditanya berbelit-belit, kenapa penolakan kami tidak disampaikan. Kami diminta buat menjaga protokol kesehatan, pakai masker, jaga jarak, tapi orang sakitnya malah ditaro di sini, kami kan tidak mau mati konyol,” tuturnya.
Senada juga disampaikan warga lainnya, Ulip yang mengaku merasa riskan bila rumah isolasi mandiri ditempatkan di rusunawa. “Namanya kami orang kampung, dengar berita soal corona juga takut. Karena kami ini percaya adanya corona, jadi kami minta ke pemerintah supaya dibatalkan saja,” ucapnya.
Sementara itu, Walikota Serang, Syafrudin, mengatakan bahwa apabila masyarakat masih terus menolak dan tidak berkenan dengan keputusan dari Satgas Covid-19, dipersilahkan untuk membuat surat penolakannya. “Silahkan saja, buat surat penolakannya, alasannya kenapa menolak di sana (rusunawa),” katanya.
Dia juga mengatakan, bila saat ini rusunawa sudah beroperasi bahkan tenaga medis, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), kepolisian serta TNI sudah berjaga di sana. “Sudah, semua fasilitas sudah lengkap, air juga bagus. Bahkan sudah ada tenaga medis, petugas Satpol PP, polisi dan TNI,” jelasnya.
Penempatan rumah isolasi di Rusunawa Margaluyu, dia menjelaskan, menjadi tanggung jawab bersama. “Jadi tidak hanya Pemkot Serang saja, termasuk TNI dan Polri juga menjadi bagian dari Satgas Covid-19. Itu menjadi tanggung jawab bersama yang, semua pun bertanggungjawab (rumah isolasi),” tandasnya. (DZH)
Discussion about this post